Sejarah Awal/Pertama Berdirinya Ma'had Aly di Seluruh Indonesia

loading...
SEJARAH BERDIRINYA MA'HAD ALY DI INDONESIA

Proses Berdirinya Ma'had Aly
Latar Belakang Berdirinya Ma'had Aly

Di sebut-sebut bahwa abad ke-20 merupakan era perkembangan sains dan teknologi. Orientasi pengembangan pendidikan di dunia dipusatkan ke arah itu. Konsekuensi logis dari orientasi ini adalah kebijakan pemerintah Indonesia di bidang pendidikan pun beradaptasi dengan hal itu. Menyikapi hal itu, pesantren sebagai salah satu pusat pendidikan di tanah air juga mulai melakukan adaptasi. Awalnya, pesantren mulai mengadopsi kurikulum nasional ke dalam kurikulum madrasah yang dibinanya. Selanjutnya, pesantren juga membuka jenis pendidikan ‘umum’, di samping madrasah diniyah, dan sebagian pesantren hanya melaksanakan pendidikan ‘umum’, sedangkan materi kepesantrenan hanya disampaikan dalam bentuk pengajian. Di saat yang sama, minat santri mendalami warisan kitab-kitab turats kian melemah. Kenyataan itulah yang menggelisahkan para kiai dan tokoh pendidikan Islam di tanah air.

Bermula dari kerisauan itu, sejumlah kiai sowan kepada KHR. As’ad Syamsul Arifin. Bak gayung bersambut, ternyata KHR. As’ad merasakan hal yang sama. Akhirnya, beliau mengusulkan agar dicari kader-kader unggul dari masing-masing pesantren untuk digembleng dan di-training secara khusus dan di tempat khusus pula. Tujuannya, mencetak kader faqih zamanihi (ahli ilmu agama di zamannya), rasikh fi dinih (ulama yang mempunyai integritas keilmuan dan mampu menjawab persoalan-persoalan di sekitarnya), uswah li ummatih (menjadi teladan bagi umatnya). Dari sinilah kemudian ide pendirian sebuah institusi Pendidikan Tinggi Pascapesantren yang mereka sebut Ma’had Aly digulirkan. Sebagai salah satu pengasuh pesantren, KHR. As’ad bersedia menjadikan PP. Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo sebagai pilot project.

Sejarah Berdirinya Ma'had Aly di Indonesia
Sejarah Berdirinya Ma'had Aly di Indonesia

Proses Berdirinya Ma’had Aly Proses berdirinya Ma’had Aly Situbondo ini melalui tiga tahap utama, yaitu:

1. Tahap Lokal/Regional
Ide besar Al-Marhum KHR. As’ad tentang pendirian Ma’had Aly ini sempat mengendap beberapa saat (mungkin karena kesibukan para kiai). Baru muncul kembali, ketika dalam peringatan Haul Akbar KHR. Syamsul Arifin tahun 1989. Saat itu KH. Moh. Hasan Basri, Lc, salah seorang pengurus teras Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah membacakan wasiat KH. Hasyim Asy’ari kepada KHR. As’ad, yang berbunyi : “Kamu As’ad supaya banyak mencetak kader-kader Fuqaha di akhir zaman.” Usai acara haul, KHR. As’ad mengumpulkan para kiai yang diundang pada acara itu di kediamannya. Dari pertemuan ini dibentuk tim kecil untuk membahas langkah-langkah teknis pendirian Ma’had Aly. Tim ini diketuai oleh KH. Moh. Hasan Bashri, Lc (Situbondo) yang beranggotakan; (alm) KH. Abd. Wahid Zaini, SH. (Probolinggo), (alm) KH. Yusuf Muhammad, LL.M (Jember) KH. Nadhir Muhmmad (Jember), KH. Khatib Habibullah (Banyuwangi), dan KH. Afifuddim Muhajir (Situbondo).

Setelah pembicaraan di kediaman KHR. As’ad, pembicaraan mengenai langkah awal yang harus diambil dilaksanakan di kediaman KH. Khatib Habibullah Banyuwangi yang secara intensif membahas silabus, tenaga edukatif, dan sebagainya. Dalam rentang waktu kurang lebih tujuh bulan, dari berbagai kajian intensif, terangkum beberapa konsep yang cukup matang tentang pendirian Ma’had Aly.

2. Tahap Nasional
Konsep lokal yang telah dihasilkan tim kecil tentang proses pendirian Ma’had Aly belum dirasa cukup bagi KHR. As’ad. Untuk mematangkan konsep tersebut, KHR. As’ad meminta salah seorang tim untuk mempresentasikannya dalam sebuah seminar nasional yang dihadiri oleh beberapa tokoh, diantaranya KH. Moh. Tholchah Hasan, KH. Ali Yafi, KH. Sahal Mahfudz, Prof. KH. Ali Hasan Ad-Dariy An-Nahdi, dan KH. Masdar Farid Masudi. Karena kelangkaan ulama merupakan isu nasional pada waktu itu, maka seminar menerima ide tentang Ma’had Aly.

Respon positif dari formu senimar tampaknya belum meyakinkan KHR. As’ad untuk segera membukan Ma’had Aly. Sebagai akhir dari tahap nasional ini, beliau meminta agar rancangan pendirian Ma’had Aly yang telah cukup matang dibawa dan dimintakan restu pada salah seorang masayikh Indonesia, yaitu KH. Ali Ma’sum Krapyak Yogyakarta. Tokoh ini pun merestuinya.

3. Tahap Internasional
Setelah proses dalam negeri dirasa cukup, KHR. As’ad meminta tim kecil pendiri Ma’had Aly untuk membawa konsep tersebut ke para masayikh Makkah al-Mukarramah, yaitu Syekh Yasin bin Isa Al-Fadany, Dr. Sayyid Muhammad bin Alawiy al-Malikiy, Syekh Isma’il bin Utsman al-Yamaniy. Ketiga tokoh sunni ini pun memberikan sambutan hangat atas ide lahirnya Ma’had Aly.

Setelah mendapat restu dari para tokoh dan masyayikh regional, nasional, dan internasional, barulah secara resmi KHR. As’ad mendirikan sebuah Lembaga Pascapesantren pertama di Indonesia pada tanggal 21 Pebruari 1990, yang kemudian dikenal dengan Al-Ma’had Al-Aly Lil Ulum al-Islamiyah Qism al-Fiqh, dan saat ini bernama Al-Ma’had Al-Aly li Ilmay al-Fiqh wa Uhsulih, sebuah lembaga pendidikan Islam yang menitikberatkan pada kajian persoalan-persoalan hukum formal syariah, baik melalui pendekatan qauli (fiqh) atau pun pendekatan manhaji (ushul fiqh).

Kenapa mesti fiqh? Karena disamping berdasarkan wasiat KH. Hasyim Asy’ari, Beliau mulai merasakan gejala adanya kelangkaan ulama yang menguasai fiqh secara utuh dan mampu mengaplikasikannya dalam memecahkan persoalan kontemporer secara komprehenship dan bertanggungjawab.

Di sisi lain, fiqh sering dipahami hanya sebatas standarisasi halal-haram semata yang harus diterima apa adanya dan tak boleh diotak-atik, ketimbang sebagai referensi perilaku umat manusia dalam mengantarkan mereka kepada suatu kehidupan beragama dan bermasyarakat secara baik dan berkualitas. Eksesnya, fiqh menjelma menjadi perangkat undang-undang formal yang rigid, tidak rasional dan tak mampu beradaptasi dengan dinamika masyarakat. Ujung-ujungnya umat semakin menjauhkan diri dari nilai-nilai fiqh. Salah satu buktinya, animo masyarakat untuk menguasai fiqh secara khusus, dan ilmu-ilmu agama secara umum dalam skala luas semakin menurun. Untuk mendekatkan kembali antara umat dengan fiqh, maka fiqh yang ada harus dipelajari melalui pendekatan ushul fiqhnya.

(Baca juga: KHR. Dhofier Munawar, Sang Arsitek Keilmuan Pondok Pesantren Sukorejo)

(Baca juga: Prestasi Mahasantri Ma’had Aly Ponpes Sukorejo Situbondo Jawa Timur)

(Baca juga: Santri Ponpes Sukorejo Juara 1 Syarh Qur'an Olimpiade se-Indonesia)

SUMBER REFERENSI/RUJUKAN :
https://www.youtube.com/watch?v=z4CozgM92m0
http://mahad-aly.sukorejo.com/2013/11/06/proses-berdirinya-mahad-aly.html

Lihat Videonya



loading...
Sejarah Awal/Pertama Berdirinya Ma'had Aly di Seluruh Indonesia Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Agenda Guru

1 komentar:

Elica mengatakan...


thanks infonya kak
EMI

Posting Komentar