loading...
-------------------------------
Sebelum membahas hal ini mungkin ada baiknya jika kita mengetahui dulu gelar tingkatan-tingkatan dikalangan ahli hadits. Sebagaimana di militer ada tingkatan kepangkatan seperti Jenderal, Letnan Jenderal, Mayor Jendral, Kopral, dsb. Dikalangan Ulama Hadits pun terdapat gelar-gelar yang berbeda, sesuai dengan jumlah hadits yang dihapal oleh masing-masing ulama.
Berikut tingkatan dan gelar ulama hadits :
1. Al Hafidh (Al Hafidz) : Adalah gelar untuk ulama yang sudah hapal hadits lebih dari 100.000 hadits beserta sanad dan matannya, di zaman dahulu ada banyak ulama yang mencapai derajat ini, namun dijaman sekarang sudah sangat langka.
2. Al Hujjatul Islam : Adalah gelar untuk ulama yang sudah hapal lebih dari 300.000 hadits beserta sanad dan matannya, ulama-ulama yang sudah mencapai derajat ini diantaranya Imam Ghazali, Imam Ibnu Hajar Al Asqalani, Imam Nawawi, dan masih banyak lagi. Namun dizaman sekarang sepertinya sudah tidak ada lagi ulama yang mampu mencapai derajat ini.
3. Al Hakim : Adalah gelar untuk ulama yang sudah hapal lebih dari 400.000 hadits beserta sanad dan matannya.
4. Al Huffadhudduniya (Al Huffadh) : Adalah gelar untuk ulama yang mampu menghapal lebih dari 1.000.000 (satu juta) hadits beserta sanad dan matannya. Ulama yang mencapai derajat ini adalah Imam Ahmad bin Hambal, murid dari Imam Syafii.
Itulah gelar-gelar bagi ulama hadits sesuai dengan jumlah hadits yang di hapalnya. Dari sini kita menjadi kagum, betapa jenius dan briliannya para ahli hadits ini dan betapa luasnya pemahaman mereka tentang hadist Rasul saw.
Perlu diketahui, yang dimaksud hapal hadits disini bukanlah hanya hapal matannya saja (Rasulullah saw bersabda :…), bukan dari situ, namun juga harus mampu hapal dengan nama-nama perawi di rantai sanadnya (dari fulan yang mengabarkan dari fulan, dari fulan, dari fulan, dst sampai kepada Rasulullah), juga hapal tahun lahir perawinya, keadaan hidupnya, asalnya dsb. Sedangkan satu hadits yang pendek saja, bisa menjadi dua halaman bila disertai hukum sanad dan hukum matannya. Demikianlah penjelasan singkat mengenai gelar-gelar para ahli hadits.
Kembali kepada topik, yaitu tentang Al Habib Umar bin Hafidh. Beliau adalah salah satu ulama yang mampu mencapai derajat Al Hafidh di abad ini. Ya, beliau hapal 100.000 hadits lebih beserta hukum-hukum sanad dan matannya secara keseluruhan.
Untuk mencapai derajat Al hafidh di abad 21 ini bukanlah perkara gampang. Dimana jumlah hadits diatas muka bumi yang bertebaran di kitab-kitab jika di kumpulkan tidak mencapai 100.000 hadits!. Artinya jika kita berusaha mengumpulkan seluruh buku hadits yang ada sekarang, jumlah keseluruhan haditsnya tak akan mencapai 100 ribu hadits.
Kita lihat, misalnya, Kitab Shahih Bukhari haditsnya berakhir di nomor 7.124 (jika ada pendapat lain pun jumlahnya tidak akan jauh dari angka tsb), Kitab Shahih Muslim berakhir di hadits no 3.033 (sebagian pendapat mengatakan sekitar 5000an), Sunan Abu Daud memuat sekitar 5.000an hadits, Sunan Tirmidzi memuat sekitar 4000an hadits, Sunan An Nasa’i memuat sekitar 5000an hadits, Sunan Ibnu Majah sekitar 4.300an hadits, Shahih Ibnu Hibban sekitar 3.000an hadits, Al Muwatha’ Imam Malik sekitar 1.600an hadits, Musnad Ahmad bin Hanbal sekitar 27.000an hadits, mungkin masih terdapat puluhan kitab hadits lainnya, namun jika di kumpulkan semua, Insya Allah tidak mencapai 100.000 ribu hadits, siapa pula yg mampu di zaman itu menulis semua hadits?.
Jadi bagaimana caranya seseorang bisa menghapal sebanyak 100.000 hadits di zaman ini? sedangkan jumlah semua hadits di kitab-kitab tidak sampai 100.000 hadits?.
Selain menghapal semua hadits yang sudah tertulis di kitab, tentu saja harus diteruskan untuk menghapal hadits yang belum dibukukan, cara ini hanya bisa di dapatkan dengan jalan berguru kepada ulama hadits yang menyimpan hadits yang mungkin didapatkan dari guru-gurunya, gurunya dapat dari guru dari gurunya, dst hingga kepada Rasulullah saw, namun mungkin hadits tersebut belum pernah dibukukan.
Demikianlah Guru Mulia Al Habib Umar bin Hafidh, beliau mampu mencapai derajat Al Hafidh di zaman ini. Dalam kehidupan sehari-hari, hampir disemua gerak-gerik dan penampilan beliau berdasarkan sunnah dan ada landasan haditsnya. Mulai dari cara berpakaian, cara duduk, cara berjalan, cara makan, cara tidur, cara minum, cara berbicara, sampai kepada kegiatan sehari-hari beliau hampir sama dengan cara Rasulullah saw. Jadi jika kita misalnya suatu kali melihat cara duduk beliau dengan gaya A, lalu kita cari-cari dihadits apakah Rasulullah pernah duduk dengan gaya semacam itu? pasti kita akan menemukannya, ternyata ada, dan memang Rasulullah pernah melakukan duduk dengan gaya seperti itu.
Selain digelari Al Hafidh, beliau juga memiliki gelar Al Musnid, beliau digelari Al Musnid, didasarkan karena setiap menyebut hadits, beliau mampu ataupun hafal menyebut sanadnya hingga Nabi SAW atau kutubusshahih diluar kepala tanpa melihat catatan apapun.
Maka tidak berlebihan jika di bilang beliau adalah kitab hadits yang berjalan, karena hampir dari semua gerakan dan kegiatan yang beliau lakukan selalu berdasarkan sunnah, ada landasannya. Meski begitu beliau adalah ulama yang sangat tawadhu. Beliau sangat malu jika gelar Al hafidh beliau disebut. Allah Yarham Habib Munzir Al Musawa pernah menceritakan jika Sang Guru, Habib Umar bin Hafidh, pernah memberikan teguran agar tak lagi menyebutkan gelar Al Hafidh didepan namanya.
Habib Munzir bercerita “beliau (Habib Umar bin Hafidh) di usia sebelum 20 tahun sudah hafal 20 ribu hadits, dan meneruskan hingga selesai ke 100 ribu hadits, namun saat kunjungan beliau kemarin, beliau menegur saya untuk tidak menyebutkan gelar Alhafidh pada nama beliau, demikian rendah dirinya Guru Mulia kita ini, tidak suka gelarnya disebut, padahal kini untuk masuk pesantren beliau di Darulmustafa syaratnya mestilah hafal Alqur’an dan dua ribu hadits berikut sanadnya.”.
“beliau (Guru Mulia Habib Umar bin Hafidh) melarang saya menampilkan nama beliau dengan gelar Alhafidh, karena jika seluruh hadits riwayat para muhaddits seperti Imam bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dll dipadu, belum mencapai 100.000 hadits. Guru Mulia (Habib Umar) mencapai Alhafidh dari kumpulan hadits sanad musalsalah yang sudah tidak sempat / belum tercetak, masih berupa tulisan tangan ulama terdahulu, maka beliau tidak mau gelar itu ditampilkan. bagaimana tidak, kini masuk menjadi santri beliau harus hafal 2000 hadits dan hafal Al-Qur’an, dan dulu saya selalu menyebut gelar beliau dg Al Hafidh, (namun) beliau diam saja, namun setelah MR (Majelis Rasulullah) membesar, maka beliau melarang saya menyebut itu karena malu dan adab.”
Subhanallah, begitulah ketawadhuan Habib Umar.
Secara garis keturunan, Habib Umar bin Hafidh merupakan keturunan Rasulullah saw dari jalur Sayyidina Hussein bin Ali. Silsilahnya : Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Abdullah bin Abi Bakr bin Aidarous bin al-Hussain bin Syeikh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladawilah bin Ali bin Alwi Al Qhoyyur bin Muhammad Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbat bin Ali Kholiqul Qasam bin ‘Alawi bin Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Ubaidallah bin Ahmad Al-Muhajjir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin As-Sajjad bin Sayyidina Hussein anaknya Sayyidatuna Fatimah Azzahra binti Rasulullah saw.
KETAWADHU’AN ALHABIB UMAR BIN HAFIDZ
Guru Mulia Al Hafidh Al Habib Umar bin Hafidh beliau pernah Berkata : “Tidaklah aku berdiri dihadapan orang-orang untuk mendakwahi mereka kecuali aku meyakini bahwa mereka lebih baik dan lebih mulia dariku, dan tidaklah aku berdiri dihadapan mereka kecuali aku mengharapkan berkah pandangan mereka dan berkah doa-doa mereka” (Demikian Wahai Saudara/i ku ke Tawadhu’an Guru Mulia kita Al Habib Umar bin Hafidz, padahal Beliau memiliki Hafalan Hadits lebih dari 100 Ribu Hadits beserta sannad dan Hukum matannya.. Dan Sungguh orang-orang yang Hafal 100 Ribu Hadits beserta sannad dan Hukum matannya , di Akhirul Zaman ini sudah bisa di hitung jari (Maksudnya , sudah Jarang), maka beruntunglah kalian yang pernah berjumpa dan mendapatkan kalam-kalam dari untaian mutiaranya.
Beliau sering sekali mengunjungi Indonesia dan sering menghadiri acara dzikir akbar di monas yang diselenggarakan oleh Majelis Rasulullah, terutama pada bulan Muharram.
Habib Umar bin Hafidh memiliki banyak murid dari seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Murid tertinggi beliau adalah Habib Ali Al Jufri. Murid-murid beliau di Indonesia adalah Habib Munzir Al Musawa, Habib Jindan, dan banyak lagi. Sedangkan Habib Munzir dan Habib Jindan juga memiliki banyak murid di Indonesia.
(Baca juga: Karomah As Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani)
Sumber: http://farid.zainalfuadi.net/habib-umar-bin-hafidh-ulama-tawadhu-yang-hapal-lebih-dari-100-ribu-hadits/
loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar